Kamis, 19 Mei 2011

Pemeriksaan Test Sensitivitas Pada Bakteri


Pemeriksaan Test Sensitivitas Pada Bakteri        
    
 
Test Sensitivitas bertujuan untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis. Dan mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.

Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :
1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.
2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.
3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.

Pada pemeriksaan Sensitivitas dapat dikerjakan antara lain :

A. Dilusi cair / Dilusi Padat
Prinsipnya : antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi
Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media.
Pada Dilusi padat pada tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu ditanami kuman.

B. Difusi

Media : Agar Mueller Hinton. Pada metode ini ada beberapa cara :

1. Cara Kirby Bauer

  • Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C.
  • Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.
  • Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian dioleskan pada permukaan media hingga merata.
  • Diletakkan Disk (cakram kertas saring) yang mengandung antibiotik diatasnya inkubasi 37 C selama 19-24 jam.

Pembacaan Hasil :
1. Zone Radikal : suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak diketemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan mengukur diameter dari zone radikal.
2. Zone Irradikal : suatu daerah disekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan. Disini terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur dibandingkan dengan daerah luar pengaruh antibiotik tersebut.

2. Cara Sumuran

  • Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C.
  • Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.
  • Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian dioleskan pada permukaan media hingga merata.
  • Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Kedalam sumuran diteteskan larutan antibiotik yang digunakan, inkubasi 37O C selama 18-24 jam. Pembacaan sama seperti diatas.
3. Cara Pour Plate

  • Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C.
  • Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.
  • Dengan menggunakan ose khusus, ambillah satu mata ose dan masukkan dalam 4 ml agar Base 1,5 % yang mempunyai temperatur 50 C.
  • Setelah suspensi kuman dibuat homogen, tuang pada media Mueller Hinton agar.
  • Tunggulah sementara sampai agar membeku, letakkan disk antibiotik.
  • Inkubasi 15-20 jam pada temperatur 37 C.
  • Dibaca sesuai standart masing-masing antibiotik.
Catatan :

  1. Perbenihan Agar Mueller Hinton tanpa suplemen atau Agar DST Oxoid.
  2. Untuk Streptococcus / kuman lain yang memerlukan darah dapat ditambahkan 5 % darah kambing, kuda, sapi, atau kelinci tanpa fibrin.
  3. Ketebalan agar ± 4 mm dipergunakan dalam 4 hari.
  4. Biakan kuman yang akan diperiksa dibuat dengan menanamkan 5 koloni kuman dalam 4 ml perbenihan cair (mis : TSB).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :

  1. Kekeruhan suspensi bakteri : kurang keruh : diameter zone lebih lebar dan jika lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S atau sebaliknya.
  2. Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. Tidak boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit diameter zone hambatan sehingga S jadi R.
  3. Temperatur inkubasi -> Pertumbuhan optimal : 35 C bila <> 35O C ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang baik. yaitu : 
  4. Waktu inkubasi, Waktu : 16 – 18 jam, Bila <>. Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga zone makin sempit.
  5. Ketebalan agar : Ketebalan 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila lebih maka difusi obat lambat.
  6. Jarak antar disk obat : Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan diameter 9-10 cm paling banyak 7 disk obat. Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk.
  7. Potensi disk obat : Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya berbeda. Yang harus diperhatikan : Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpan pada suhu 4O C.  ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan kontrol strain.
  8. Komposisi media : Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, kativitas obat tersebut.

Quality Control :
Yang dimaksud : Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor yang berpengaruh terhadap diameter zone hambatan.  Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteri standard :
* Staphylococcus aureus ATCC 25923
* E. Coli ATCC 25922
* Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Source : sodiycxacun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar