Senin, 23 Mei 2011

Bahaya dan Manfaat Minyak Jelantah itu apa????



Pemakaian minyak jelantah secara berlebihan yang sangat berbahaya di sekitar kita harus diwaspadai, dan kita mesti bertindak melakukan pencegahan untuk diri sendiri maupun keluarga kita. Contohnya  gorengan di sepanjang jalan. Warna minyaknya yang mendidih selalu berwarna hitam pekat. Semakin pekat warnanya konon akan semakin gurih rasa gorengannya. Ya, itulah minyak jelantah yang sudah digunakan berulang kali. Alhasil, kesehatan tubuh yang memakan gorengan lah yang menjadi korbannya. Jika Anda menyukai gorengan, waspadalah terhadap gorengan berwarna gelap dan bertekstur lebih keras dari biasanya karena mungkin minyak yang digunakan adalah minyak jelantah.
Minyak jelantah adalah minyak yang sudah pernah dipakai, sehingga sudah mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak trans. Terlebih kalau warnanya sudah kecoklatan, dan teksturnya kental. Kalau dipanaskan lagi, semakin tinggi kandungan senyawa-senyawa karsinogenik tersebut di dalamnya. Minyak jelantah mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan kolesterol baik (HDL) semakin berkurang sementara kolesterol buruk (LDL) semakin meningkat.
Meskipun sebenarnya minyak jelantah sendiri dapat diolah melalui proses filterisasi, sehingga warnanya kembali jernih dan seolah seperti minyak goreng baru, namun kandungannya tetap mengalami kerusakan sehingga tidak baik bagi tubuh. Ketika orang mengkonsumsi jenis minyak ini, maka dapat berpengaruh pada munculnya asam lemak trans yang akan mempengaruhi HDL kolesterol, LDL kolesterol serta total kolesterol yang merupakan sistem metabolisme darah dan ini terjadi lewat sebuah proses tahapan berupa penumpukan yakni penyumbatan pembuluh darah yang pada akhirnya berujung pada penyakit jantung, hipertensi, dan stroke. Bahkan lebih dari itu, minyak jelantah dapat menyababkan kanker colon pada usus besar.
Minyak dengan rantai karbon pendek dan sedang dapat langsung diserap oleh tubuh tanpa melalui proses cerna yang berbelit-belit. Langsung dibawa ke hati untuk diubah menjadi energi untuk meningkatkan fungsi kelenjar endokrin, organ, serta jaringan-jaringan tubuh.
Menurut penelitian, yang paling banyak kandungan LCFA-nya adalah minyak safflower (78%), disusul minyak bunga matahari (69%), dan minyak canola (31%). Kandungan LCFA minyak zaitun berkisar 9%, sedang yang paling rendah adalah minyak kelapa (2%). Minyak goreng yang paling aman bagi tubuh kita, terlebih bagi pejuang kanker, ternyata adalah minyak kelapa
Minyak jelantah pun dapat merusak nutrisi baik yang dikandung makanan. Contohnya ikan salmon yang mengandung Omega-3, nutrisi yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol dalam darah, akan hilang khasiatnya jika digoreng dengan minyak jelantah karena komposisi ikatan rangkapnya menjadi rusak.
Kita dapat menggunakan minyak goreng yang kita pakai, tetapi maksimal hanya 3 kali pemakaian. Minyak jelantah yang masih bisa digunakan adalah minyak jelantah yang masih jernih atau bening, berwarna kuning muda, dengan aroma masih segar khas minyak goreng. Minyak jelantah yang berwarna kental atau pekat dan aroma tengik sudah tidak layak digunakan sebagai miyak goreng. Minyak jelantah berwarna pekat sudah mengalami proses degradasi dan oksidasi yang menjadikan minyak tersebut bersifat toksik (beracun bagi tubuh manusia).


Jika minyak jelantah sudah tidak bisa digunakan karena sudah berwarna pekat, lalu apa yang masih bisa kita lakukan agar minyak jelantah masih bisa dimanfaatkan. Berdasarkan pandangan dari Safriadi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif untuk kompor yang ramah lingkungan, karena termasuk dalam kelompok sumber energi nabati. Limbah minyak goreng berpotensi menjadi alternatif bahan bakar nabati yang ramah lingkungan dan mampu menurunkan 100% emisi gas buangan sulfur dan CO2 serta CO sampai 50%. Di kalangan orang tua jaman dulu pun, ada sebagian orang yang menggunakan lampu dengan minyak jelantah ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar